Balai Arkeologi Provinsi D.I Yogyakarta

Tidak Sekedar Membaca Masa Lalu

Penelitian Bentuk Dan Karakter Tinggalan Arkeologi Maritim di Pulau Bawean: Identifikasi Potensi (Tahap II)

1. Latar Belakang Penelitian
Pulau Bawean merupakan sebuah pulau yang berada diantara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan yang mempunyai posisi geografis dan strategis. Pulau Bawean ikut memegang peranan sebagai salah satu lokasi transit bagi jalur maritim Nusantara di masa lalu. Mengingat kedudukannya sebagai salah satu mata rantai di jalur perdagangan dan politik, tidaklah mengherankan apabila Pulau Bawean sejak dulu merupakan tempat yang selalu diperebutkan (geostrategis dan geopolitis).

1

Beberapa penulis asing membahas tentang Pulau Bawean walaupun tidak secara khusus meneliti data arkeologi seperti J.E. Jasper (1906) dan C. Lekkerker (1935). Selain itu, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pernah melakukan penelitian ke pulau tersebut pada tahun 1970-an. Diluar hasil kerja mereka, informasi yang berhubungan dengan sumberdaya arkeologi di Pulau Bawean dan sekitarnya masih sangat terbatas. Balai arkeologi Yogyakarta pada tahun 1985/1986 melakukan penelitian arkeologi dengan tema “Survei Arkeologi Islam di Pulau Bawean Jawa Timur” dengan hasil berupa tinggalan arkeologi seperti makam-makam kuna serta obyek/situs yang berkaitan dengan bentuk okupasi pertahanan, perdagangan, dan keagamaan. Pulau Bawean dalam konteks arkeologi maritim, maka potensi tinggalan arkeologi maritim perlu diketahui dan dikaji lebih mendalam untuk dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yaitu ilmu pengetahuan, kemasyarakatan, dan perekonomian.

2

Berdasarkan hasil penelitian tahap I yang dilaksanakan pada tahun 2015 diperoleh informasi mengenai tinggalan arkeologi di Pulau Bawean yang berada di daratan maupun lautan. Tinggalan arkeologi maritim di Pulau Bawean tersebut antara lain :

Bekas pelabuhan lama bawean dan sarana pendukungnya di Desa Sawahmulya, Kec. Sangkapura.

Nisan-nisan kuna di Desa Sawahmulya, Kec. Sangkapura
Expose Wreck di gosong Pulau Gili di Desa Sidogedongbatu, Kec. Sangkapura
Konsentrasi fragmen keramik asing di Pulau Cina di Desa Dedawang dan di Desa Diponggo, Kec. Tambak
Keramik-keramik asing yang masih utuh di rumah-rumah penduduk di Desa Diponggo, Kec. Tambak dan Desa Sidogedongbatu, Kec. Sangkapura
Meriam-meriam kuna di sekitar Desa Diponggo, Kec. Tambak sebanyak 5 buah dan sebanyak 3 buah di Desa Sawah Mulya Kec. Sangkapura
Koleksi Museum Sunan Giri di Gresik yang berasal dari Pulau Bawean, yaitu: Sebuah Arca Dwarapala (Mahakala), Stupika-Stupika, dan Keramik-keramik asing hasil sitaan KP3.

Namun dari beberapa hasil penelitian tahap I tersebut yang ditindaklanjuti melalui penelitian lanjutan adalah exposed wreck di gosong Pulau Gili Desa Sidogedongbatu dan sebaran keramik asing dalam bentuk utuh maupun fragmentaris di Kecamatan Sangkapura maupun Tambak.

3

2. Hasil Penelitian
Hasil kegiatan penelitian tahap II yang dilaksanakan pada tanggal 25 April – 8 Mei 2016 memperoleh informasi yaitu :

• Shipwreck
Keberadaan sisa kapal tenggelam (shipwreck) dijumpai di Gosong Pulau Gili dan di Karang Kapal-Kapal Pulau Nusa. Kedua shipwreck tersebut mempunyai karakter yang hampir sama yaitu berupa kapal besi bermesin uap, yang membedakan hanyalah dimensi kapalnya saja. Berkenaan dengan asal shipwreck tersebut masih dalam penelitian.
• Sebaran keramik asing

Kegiatan survei darat yang dilakukan di desa-desa wilayah kecamatan Sangkapura seperti Sawah Mulya, Sungai Rujing, Pudakit, Kumalasa, Gunung Teguh, Sidogedungbatu, Teluk dalam, dan Kepuh Teluk. Kegiatan survei tersebut memperolehhasil mengenai sebaran keramik asing dalam bentuk utuh maupun fragmentaris serta keramik asing yang berasal dari cina, asing tenggara, dan eropa.
• Mata uang kuno

Temuan data arkeologi mengenai mata uang kuna (Numismatik) diperoleh di Desa Sidogedongbatu yaitu milik ibu Aminatusahra sebanyak 235 koin. Variasi dan karakter koin yang dijumpai yaitu dari tahun 1858 – 1943; koin berbahan perak hingga perunggu; koin yang berdiameter 1,6 cm hingga 3,1 cm. menurut Ibu Aminatusahra, koin-koin tersebut merupakan warisan dari orangtuanya.

• Meriam Kuno

Keberadaan meriam-meriam kuna ini sebenarnya sudah dilakukan peninjauan di tahun 1980-an oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dan SPSP Jawa Timur. Keberadaan meriam-meriam kuno yang diduga tinggalan kolonial tersebar yaitu di Koramil di Sangkapura dan Tambak, jalan raya sebagai penghias jalan masuk kampung dan pagar, menjadi koleksi perorangan.
• Stupika

Salah data artefaktual yang bernafaskan Buddhis berbentuk stupika juga masih dijumpai di Bawean. Stupika merupakan replika stupa yang bentuknya kecil dan terbuat dari terakota (tanah liat yang dibakar). Asal usul stupika menurut pemilik dan penyimpan stupika ini diinformasikan berasal dari Desa Sidogedongbatu. Temuan stupika ini juga memjadi salah satu koleksi Museum Sunan Giri Gresik.
• Batu kenong

Informasi data arkeologi yang lain adalah batu kenong. Batu kenong atau menyerupai batu umpak sebanyak 8 buah ini sudah berpindah dari tempat asalnya, atas inisiatif pemilik tanah, namun masih di wilayah Desa Kepuh Teluk. Menurut hasil survei yang telah dilakukan pada tahun 1990 an, keberadaan batu kenong ini berasosiasi dengan tahta batu.

   5

7

6

 

3. Kesimpulan & Rekomendasi
Berdasarkan hasil Penelitian Bentuk Dan Karakter Tinggalan Arkeologi Maritim di Pulau Bawean – Identifikasi Potensi pada Tahap II ini untuk sementara menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yaitu:

a. Kesimpulan

1. Pulau Bawean Kabupaten Gresik tinggalan arkeologi khususnya arkeologi maritim yang cukup signifikan, hal ini berdasarkan kuantitas,kualitas, serta sebaran lokasi data yang diperoleh.

2. Dalam kerangka historiografi, Pulau Bawean mempunyai nilai penting yaitu berada lintasan masa sejarah hingga masa kemerdekaan RI terutama dalam kajian arkeologi maritim

b. Rekomendasi

1. Dalam lingkup kajian penelitian, dipandang perlu melakukan kegiatan penelitian secara intensif secara bertahap melalui kegiatan survei arkeologi di permukaan tanah dan bawah air, selain itu dipandang perlu melakukan penelitian lanjutan identifikasi kapal-kapal tenggelam (shipwreck) yang berada di perairan Bawean khususnya temuan Exposed Wreck di Pulau Gili Desa Sidogedongbatu dan shipwreck di Pulau Nusa di desa Dedawang tersebut diduga sebagai cagar budaya.

2. Dalam lingkup kajian pelestarian, dipandang perlu melakukan penyelamatan dan perlindungan tinggalan-tinggalan arkeologi seperti kapal-kapal tenggelam (shipwreck) di Pulau Bawean khususnya temuan Exposed Wreck di Pulau Gili Desa Sidogedongbatu dan shipwreck di Pulau Nusa di desa Dedawang dikoordinasikan secara tripartit yaitu:

  • Kementerian Pendidikan & Kebudayaan RI (c.q Balai Pelestarian Cagar Budaya/BPCB Trowulan)
  • Kementerian Kelautan & Perikanan RI (c.q. UPT Pelabuhan & Konservasi Sumberdaya Perikanan & Kelautan Bawean); serta
  • Pemerintah Kabupaten Gresik (c.q. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda & Olah Raga).

3. Dipandang perlu segera mengusulkan serta menetapkan landmark Pesanggrahan – Alun Alun Sangkapura serta exposed wreck gosong Pulau Gili sebagai cagar budaya melalui Tiam Ahli Cagar Budaya Kabupaten Gresik.

4. Point no. 2 dan 3 dipandang perlu dilakukan karena beberapa tinggalan arkeologi yang berada di laut maupun daratan Pulau Bawean cukup rawan untuk tindakan pengrusakan, pencurian, maupun jual-beli illegal.

Hery Priswanto

Updated: August 30, 2016 — 1:42 am

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar Bandar Togel Slot Online Terpercaya 2022

togel online

bandar togel

situs togel online

10 Daftar Situs Slot Terpercaya Dijamin VIP

online togel

judi togel online

situs slot online

slot online

togel terpercaya di batam

heromedia

Togel Online Terlengkap dan Terpercaya 2022

togel online

online togel

www togel online com

togel online terpercaya

daftar togel online terpercaya

daftar togel online

Balai Arkeologi D.I Yogyakarta © 2016 ArkeologiJawa